Keterlibatan karyawan merupakan elemen penting suatu bisnis. Sebab, tingkat keterlibatan sangat memengaruhi tingkat produktivitas karyawan. Makin tinggi keterlibatan karyawan, maka makin besar juga tingkat produktivitasnya. Sayangnya, keterlibatan karyawan yang ideal sulit terwujud saat lingkungan kerja beralih pada model hybrid seperti sekarang ini.
Masa pandemi mau tak mau mendorong bisnis untuk bisa menggabungkan lingkungan kerja on-site dan off-site hingga muncul suatu model hybrid yang efisien. Akan sulit mengoptimalkan keterlibatan karyawan jika mereka tidak berada di lokasi (atau terkadang zona waktu) yang sama. Jika kondisi tersebut dibiarkan dalam waktu lama, bukan tidak mungkin, produktivitas perusahaan pun akan terancam. Lalu, bagaimana solusinya?
Kesetaraan dalam kolaborasi
Prasad Setty, Wakil Presiden Digital Work Experience Google Workspace menyebutkan bahwa tantangan terbesar dalam lingkungan kerja hybrid adalah mewujudkan kesetaran dalam kolaborasi. Sebuah kolaborasi kerja dinyatakan setara jika seluruh karyawan dapat berkontribusi dan berkomunikasi dengan mudah, terlepas dari lokasi, peran, tingkat, pengalaman, bahasa, dan preferensi perangkat mereka.
Dalam lingkungan kerja hybrid ada banyak sekali hambatan dalam mewujudkan kesetaraan tersebut. Misalnya, saat melakukan video meeting, bisa saja ada karyawan yang mengalami kesulitan sinyal. Contoh lainnya adalah saat rapat dengan peserta yang beragam tingkat pengalamannya. Karyawan junior akan cenderung sulit mengutarakan pendapat karena posisi mereka yang masih baru.
Baca juga: Meeting Hybrid yang Lebih Inklusif dengan Google Workspace
Photo Credit: Google Cloud Blog
Menurut Setty, permasalahan tersebut bisa diatasi dengan menekankan tiga pilar kesetaraan kolaborasi, yaitu representasi, partisipasi, serta informasi.
Kesetaraan dalam representasi
Saat melakukan rapat, baik itu secara konvensional maupun melalui video meeting, seluruh peserta akan tampil setara. Di ruang rapat, satu kursi diisi oleh satu peserta. Begitu pula dengan video meeting, tiap peserta muncul dalam kotak-kotak berukuran sama.
Namun saat model hybrid diterapkan, keseragaman tersebut hilang. Peserta dari jarak jauh tampak besar di monitor ruang rapat, sementara mereka yang hadir di lokasi justru tampak kecil di layar komputer peserta jarak jauh. Jelas bukanlah sebuah representasi yang setara.
Masalah seperti ini sebenarnya bisa diselesaikan dengan bantuan teknologi. Google Meet misalnya. Dengan dukungan AI, ukuran dan pencahayaan video yang ditampilkan bisa disesuaikan untuk menjaga fokus peserta. Selain itu, kini Meet juga menyediakan kapabilitas untuk membatasi penggunaan data pada jaringan seluler lambat sehingga tidak ada yang harus mematikan video selama panggilan.
Kesetaraan dalam partisipasi
Photo Credit: Piqsels
Saat model WFH (work from home) diterapkan, Anda mungkin berpikir bahwa kesetaraan partisipasi adalah tentang kemampuan untuk bisa menjadi host, menyajikan presentasi, dan berpartisipasi tanpa terbatas lokasi. Namun bagaimana jika sebagian karyawan diminta untuk kembali ke kantor sementara yang lain tetap menjalankan WFH? Bagaimana memastikan karyawan WFH tetap berpartisipasi aktif?
Google Meet dengan companion mode bisa menjadi solusi yang efektif. Mode tersebut, memberikan pengalaman rapat yang sama kepada peserta, baik yang berada di lokasi maupun tidak. Setiap peserta bisa menjadi host, melakukan presentasi, dan berpartisipasi dengan cara yang sama, menggunakan alat yang sama, terlepas dari lokasi mereka.
Kesetaraan informasi
Photo Credit: Piqsels
Kesetaraan informasi berhubungan erat dengan akses. Suatu lingkungan kerja dianggap setara jika seluruh karyawan punya akses yang sama menuju informasi tertentu. Menurut Setty, memastikan kelancaran arus informasi merupakan kunci untuk pemikiran jangka panjang yang lebih baik, kreativitas, dan kerja sama tim.
Untuk bisa mewujudkan hal tersebut, dukungan teknologi sangat diperlukan. Google menyediakan beberapa aplikasi dan kapabilitas yang bisa Anda manfaatkan untuk meningkatkan keterlibatan karyawan dalam hal akses informasi, seperti Spaces dan Drive.
Keduanya bisa dijadikan pusat informasi untuk mengakses beragam resources perusahaan mulai dari dokumen, percakapan, hingga pembaruan penting secara real-time. Karyawan juga dapat memanfaatkan rekomendasi dari menu @ yang tersebar di seluruh aplikasi Google Workspace untuk melibatkan seluruh pihak terkait.
Baca juga: Menghubungkan Karyawan Bekerja secara Hybrid Work dengan Google Workspace
Di masa transisi seperti sekarang ini, model kerja yang lama tidak akan efektif lagi dalam meningkatkan keterlibatan karyawan. Model hybrid memunculkan beberapa tantangan baru seperti kesetaraan dalam hal kolaborasi. Beruntung, kini sudah ada banyak sekali teknologi yang bisa Anda manfaatkan untuk mengatasi problem tersebut. Salah satunya adalah platform produktivitas kolaboratif, Google Workspace.
Apakah saat ini Anda sedang mengalami masalah dengan keterlibatan karyawan dan kesetaraan kolaborasi karena lingkungan kerja hybrid? Dengan berbagai aplikasi dan kapabilitas, Google Workspace mampu meminimalisir tantangan tersebut. Menariknya lagi, platform ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan Anda. Dapatkan Google Workspace resmi hanya di EIKON Technology. Informasi lebih lanjut, silakan klik di sini!