Benarkah Desentralisasi Adalah Masa Depan Identitas Digital?

Tanpa disadari, identitas digital perlahan-lahan menjadi identitas utama kita. Makin hari, makin banyak identitas fisik yang berubah menjadi format digital. Kegunaannya pun makin luas, dipakai untuk bekerja, belajar, berbelanja, bahkan bersosialisasi.

Transformasi besar ini tidak begitu terasa karena berbagai kemudahan yang ditawarkan. Anda tak perlu lagi khawatir lupa membawa kartu identitas. Sebab semuanya telah tersedia dalam genggaman dan begitu mudah diakses.

Namun kini identitas digital disinyalir akan mengalami perubahan. Transisi ini dianggap akan memberikan keamanan, kerahasiaan, dan kepraktisan yang lebih baik lagi. Seperti apa format baru identitas digital ini?

Transformasi identitas digital

Identitas digital kini tengah berada di ambang transformasi menuju identitas suatu identitas baru yang lebih aman, mementingkan privasi, dan portabel. Sebelumnya, identitas dibangun berdasarkan hubungan tunggal antara perusahaan penyedia layanan dengan masing-masing pengguna. Pengembangan terpisah ini kemudian disimpan dalam sebuah database yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Tanpa banyak disadari, hal ini berpotensi meningkatkan risiko pelanggaran keamanan dan privasi. Di sisi lain, digitalisasi proses bisnis atau identitas fisik tidak mampu meminimalisir risiko tersebut. Pengguna sebenarnya lebih membutuhkan sistem yang dapat menyatukan identitas. Suatu sistem yang dimiliki dan dikelola oleh pengguna sendiri.

Baca juga: Mengenal Resources dan Tools Baru Microsoft Azure untuk Implementasi AI 

Perbedaan antara digitalisasi dengan desentralisasi identitas

Photo Credit: Microsoft Security

Ada beberapa hal yang membuat digitalisasi dan desentralisasi identitas lebih mudah dibedakan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  • Tingkat keamanan

Secara sederhana, digitalisasi adalah bentuk digital dari identitas. Meski begitu, bukan berarti tingkat keamanan yang ditawarkan sama. Katakanlah Anda memindai KTP dan kemudian menyimpan file jpg dari dokumen tersebut. Apakah lantas file tersebut bisa menggantikan KTP asli? Tentu tidak. Begitu pula saat file KTP tersebut kemudian Anda unggah ke sebuah aplikasi, maka data identitas pun akan berpindah ke perusahaan pemilik aplikasi.

Namun pada desentralisasi, identitas memiliki tingkat keamanan yang sama. Sebab, identitas tersebut dilindungi oleh kredensial digital pemiliknya. Pengguna dapat menggunakan dompet terenkripsi untuk menyimpan dan mengelola identitas tersebut. Jauh dari risiko pencurian data oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

  • Privasi dan perlindungan data

Photo Credit: Freepik

Dengan meningkatnya digitalisasi, privasi menjadi prioritas utama. Orang-orang semakin sadar akan keberadaan perusahaan yang mengumpulkan data pengguna dan mengambil untung darinya. Beberapa kemudian beralih ke VPN (virtual private network) atau menggunakan informasi samaran.

Di beberapa negara juga muncul kebijakan yang mengatur masalah data pribadi pengguna. Salah satunya adalah General Data Protection Regulation (GDPR) yang berlaku di Eropa. Namun sayangnya kebijakan tersebut belum bisa menyelesaikan masalah tersebut sepenuhnya.

Konsep identitas baru menerapkan teknologi zero-knowledge proofs. Teknologi ini memungkinkan satu pihak membuktikan kepada pihak lain bahwa pernyataan yang diberikan benar atau salah. Hal ini akan membatasi data yang dibagikan sesuai dengan kehendak pengguna. Bagi perusahaan, teknologi ini akan mengurangi beban pengelolaan personally identifiable information (PII). Sebab, pengguna memiliki kontrol penuh hal-hal yang mereka bagikan.

  • Portabilitas dan visibilitas

Photo Credit: Rawpixel

Sebelum penyimpanan cloud sepopuler sekarang, pengguna internet biasanya menyimpan back-up data melalui email. Hal ini memang dapat mencegah risiko kehilangan data. Namun bagaimana jika Anda membuat banyak salinan data sehingga sulit mengetahui mana file yang paling baru?

Pada konsep desentralisasi, pengguna dapat menyimpan bagian asli dari data identitas sebagai kredensial di perangkat mereka sendiri. Bahkan nantinya kredensial tersebut dapat ditandatangani secara kriptografis menggunakan kunci pribadi. Kemudian perusahaan dapat memverifikasi bahwa data tersebut berasal dari sumber otoritatif.

Pengguna dapat mempertahankan visibilitas mengenai penggunaan data dan durasi akses bagi perusahaan. Penggunaan spesifikasi standar terbuka, seperti kredensial yang dapat diverifikasi dari World Wide Web Consortium (W3C), memudahkan pengguna individu dan perusahaan untuk menerima dan menyajikan kredensial di seluruh platform dan layanan. Hal ini memungkinkan orang untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan perusahaan.

Baca jugaMengatasi Ancaman Keamanan Siber dengan Cyber Signals

Anda dapat menemukan solusi identitas digital melalui Microsoft Security, platform keamanan yang memberikan perlindungan kepada pengguna terhadap serangan siber. Untuk perlindungan komprehensif, Microsoft Security akan berjalan optimal pada ekosistem Microsoft. Sebagai dukungan, Anda bisa menerapkan Microsoft Azure sebagai penyimpanan berbasis awan. EIKON Technology menyediakan solusi penerapan cloud service Azure yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan Anda. Untuk informasi lebih lanjut mengenai solusi komputasi awan dari Microsoft, silakan klik di sini.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments