Potensi Terjadinya Krisis Turnover Karyawan: Apa yang Harus Dilakukan?
Selama satu tahun belakangan, para karyawan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk bekerja di kantor. Walau demi kebaikan bersama selama masa pandemi, tak dapat dipungkiri bahwa keputusan tersebut membuat banyak karyawan jadi merasa “lepas” dari tim mereka (disconnected).
Kondisi ini kerap membuat karyawan mempertanyakan masa depan karier mereka, hingga akhirnya berujung pada keputusan karyawan untuk mencari kesempatan kerja baru di tempat lain. Tak mengherankan jika riset dari Microsoft menunjukkan bahwa turnover karyawan (proses keluar-masuknya karyawan di perusahaan) jadi meningkat.
Menurut data Work Trend Index dari Microsoft, sebanyak 41% tenaga kerja global tengah mempertimbangkan untuk pindah kerja tahun depan, dengan 46% di antaranya berencana melakukan transisi karier yang cukup besar.
Lantas, dengan kondisi krisis turnover karyawan seperti ini, apa yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan?
Utamakan fleksibilitas untuk karyawan
Photo Credit: Olia Danilevich (Pexels)
Dengan sistem kerja yang kini tak lagi mengharuskan karyawan untuk bekerja di kantor, hybrid working pun jadi diminati banyak karyawan. Itulah kenapa untuk menjaga mereka tetap senang bekerja di perusahaan Anda, sekaligus mengurangi turnover karyawan, kuncinya adalah dengan memperbolehkan mereka bekerja secara remote.
Mengingat kondisi yang serba tidak pasti di tengah pandemi, banyak karyawan ingin memiliki kendali atas waktu kerja mereka. Tenang saja, bukan berarti Anda harus memberikan izin kerja remote setiap hari. Menurut berbagai studi, mayoritas karyawan ingin bekerja dari luar kantor selama tiga hari dalam seminggu.
Namun, perlu diperhatikan bahwa seiring meningkatnya tuntutan akan hybrid working, peran manajer pun juga ikut meningkat. Untuk menghindari perasaan disconnected pada tim, manajer perlu memberikan waktu lebih untuk melakukan komunikasi one-on-one, terlebih pada karyawan baru yang lebih membutuhkan bantuan selama proses onboarding.
Sediakan akses merata kepada seluruh karyawan
Photo Credit: LinkedIn Sales Solutions (Unsplash)
Banyak karyawan yang kini menginginkan sistem kerja hybrid. Namun, walaupun sudah menerapkannya, mengapa justru banyak juga dari mereka yang mempertimbangkan untuk pindah tempat kerja hingga akhirnya memicu krisis turnover karyawan?
Hal tersebut biasanya disebabkan oleh akses yang kurang merata di kalangan karyawan. Untuk mengatasi hal ini, peran para pemimpin seperti ketua tim atau manajer sangatlah dibutuhkan. Misalnya, perusahaan bisa membekali setiap karyawan dengan perangkat kerja yang mendukung hybrid working secara optimal.
Lalu, saat rapat online, pastikan setiap karyawan memiliki kesempatan sama untuk berbicara atau speak up. Karenanya, gunakan teknologi atau platform komunikasi yang memungkinkan Anda untuk menentukan protokol khusus saat peserta rapat hendak bersuara. Microsoft Teams dapat menjadi pilihan tepat karena dilengkapi beragam fitur yang untuk mendukung hybrid working.
Cara lain juga bisa dilakukan dengan menyediakan penggantian biaya perjalanan (travel reimbursement) bagi karyawan yang tinggal jauh dari kantor. Hal ini akan mendorong mereka untuk datang ke kantor saat ada rapat penting atau membantu anggota tim lain yang kesulitan.
Optimalkan pemanfaatan teknologi untuk rekrut karyawan baru
Photo Credit: LinkedIn Sales Solutions (Unsplash)
Budaya hybrid working tak hanya dijalani oleh para karyawan lama, tapi juga sudah dialami sejak proses rekrutmen karyawan baru. Bahkan sebetulnya proses ini kerap mengalami transisi yang relatif lebih sulit daripada penerapan remote working.
Kini proses rekrutmen dapat dilakukan secara face-to-face tanpa harus bertemu langsung, yakni dengan memanfaatkan platform komunikasi seperti Microsoft Teams. Di satu sisi, hal ini memang memberikan kemudahan bagi para job seekers, terutama yang tinggal jauh dari lokasi perusahaan. Namun, kemudahan tersebut juga kerap membuat tim HR kewalahan.
Menjawab tantangan tersebut, tim HR bisa memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) untuk membantu memeriksa lamaran yang masuk. Sistem algoritma pada AI akan memilah resume yang dianggap paling memenuhi syarat. Terlebih, kini juga telah tersedia teknologi chatbots yang dapat membantu menyaring kandidat hingga menilai kepribadian mereka.
Kini telah diketahui bahwa kunci menekan turnover karyawan bukan hanya terletak pada penerapan sistem hybrid working, tapi juga memastikan tiap karyawan tetap merasa terhubung (connected) dengan tim serta memiliki akses kerja yang adil.
Banyak cara yang bisa dilakukan perusahaan, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi komunikasi yang menunjang hybrid working seperti Microsoft Teams. Anda bisa klik di sini untuk mengetahui lebih banyak tentang Microsoft Teams atau langsung menghubungi EIKON Technology.
Sebagai partner resmi Microsoft di Indonesia, EIKON Technology tak hanya menyediakan layanan Microsoft Teams, tapi juga siap menjawab berbagai pertanyaan Anda sebelum mulai berlangganan.