5 Langkah Ciptakan Lingkungan Kerja Hybrid Inklusif yang Unggul

Lingkungan kerja hybrid sedang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Transisi dari lingkungan kerja konvensional menjadi hybrid terbukti memunculkan perubahan yang signifikan. Itu berarti, para pemilik bisnis harus mampu menyediakan infrastruktur yang dapat memfasilitasi transisi tersebut. Di satu sisi, perusahaan juga harus mengevaluasi apa saja yang diperlukan untuk menarik dan mempertahankan karyawan.

Ya, kedua tantangan tersebut sebenarnya masih saling berkaitan. Pemilik bisnis dan pimpinan perusahaan bisa mulai melakukan perombakan terhadap budaya perusahaan yang fokus pada lingkungan kerja hybrid dan strategi DEI atau diversity, equity, dan inclusion (keragaman, kesetaraan, dan inklusi) secara bersamaan. Bagaimana caranya?

5 langkah untuk ciptakan budaya kerja hybrid yang unggul

Photo Credit: Rawpixel

Bisa dibilang, strategi DEI telah menjadi keharusan dalam bisnis saat ini. Perusahaan harus berusaha untuk meminimalisir bias yang sering kali tidak disadari, memberikan gaji berbasis pasar untuk tiap pekerja, dan memperkenalkan program training yang mendukung pengembangan bakat SDM. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa Anda lakukan:

Edukasi untuk pimpinan perusahaan terkait lingkungan kerja hybrid dan strategi DEI

Saat Anda mulai membangun infrastruktur untuk lingkungan kerja hybrid, sangat penting untuk memahami tentang bias bawah sadar. Sebaiknya perusahaan menerapkan strategi pembelajaran DEI holistik, yang di dalamnya terdapat pemahaman mengenai bias bawah sadar dan pengembangan infrastruktur untuk perubahan perilaku jangka panjang.

Gunakan alat yang mendukung DEI dan lingkungan kerja hybrid

Photo Credit: Rawpixel

Perusahaan bisa mulai memanfaatkan teknologi dan software HR berbasis AI untuk mendukung proses transisi. Misalnya, menggunakan alat kolaborasi seperti Google Workspace yang mampu memastikan keterlibatan setiap orang, di mana pun mereka berada. Bisa juga dengan membeli solusi perekrutan yang telah diperkaya dengan teknologi AI untuk mengurangi kemungkinan diskriminasi saat menilai kandidat.

Baca juga: Meeting Hybrid yang Lebih Inklusif dengan Google Workspace

Perkuat kultur dengan kombinasi DEI dan meritokrasi

Pastikan perusahaan Anda memiliki pedoman eksplisit yang memastikan bahwa sistem dan proses perekrutan atau promosi karyawan, dilakukan secara transparan dan adil.

Salah satu cara untuk bisa mencapai hal tersebut adalah dengan menentukan kualifikasi pekerjaan yang terperinci dan metrik tiap peran yang jelas untuk memahami keterampilan yang dibutuhkan tiap-tiap jabatan. Penting juga untuk memastikan bahwa sistem tersebut bebas bias. Beberapa perusahaan besar telah menggunakan alat analitik untuk mengevaluasi kinerja sistem rekrutmen dan promosi mereka.

Menciptakan program upskilling untuk melatih para karyawan

Banyak perusahaan yang merasa kesulitan untuk menemukan SDM denga keahlian yang tepat. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan ini adlaah dengan berinvestasi dalam melatih SDM yang sudah dimiliki perusahaan.

Perusahaan harus mengembangkan bakat yang beragam di setiap tingkat untuk menciptakan jalur kandidat yang nantinya bisa berkembang hingga mencapai level manajemen senior. Selain itu, perusahaan harus mampu merancang program yang bisa memberikan peningkatan keterampilan bagi karyawan pemula dan tingkat menengah.

Selalu ingat bahwa uang bukanlah segalanya

Photo Credit: Rawpixel

Pada kebanyakan kasus, karyawan memilih hengkang karena alasan uang, namun bertahan karena budaya perusahaan. Itu berarti, dengan memberikan pengalaman terbaik bagi karyawan, perusahaan bisa mempertahankan mereka. Seperti apa kira-kira pengalaman yang sebaiknya diberikan kepada karyawan?

Tiap perusahaan tentu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, cobalah untuk mengamati apa kira-kira yang diperlukan karyawan. Anda bisa menawari mereka untuk bekerja di luar kantor, menerapkan jadwal yang fleksibel, hingga memberi program lanjutan seperti tunjangan penitipan anak.

Meski begitu, rasa memiliki karyawan bisa ditumbuhkan dengan melibatkan mereka. Sebuah penelitian McKinsey menemukan bahwa karyawan yang lebih sering dilibatkan, menunjukkan komitmen yang lebih besar terhadap perusahaan. Sebaliknya, jika karyawan tidak pernah dilibatkan, mereka akan merasa tidak dihargai.

Baca juga: Tips Tingkatkan Keterlibatan Karyawan dalam Lingkungan Kerja Hybrid

Pandemi mau tak mau mengubah kebiasaan hidup manusia, termasuk dalam hal pekerjaan. Adanya pandemi menyebabkan lingkungan kerja bertransisi ke model hybrid yang menggabungkan model konvensional dan remote (jarak jauh). Sayangnya, lingkungan kerja hybrid rentan menimbulkan bias dan berpotensi menurunkan tingkat keterlibatan karyawan. Dikhawatirkan, kondisi ini bisa menyebabkan tingkat retensi naik.

Anda bisa menerapkan langkah-langkah di atas untuk mengatasi tantangan yang muncul karena proses transisi ke lingkungan kerja hybrid. Jangan lupa juga untuk memilih infrastruktur yang memang mendukung sistem hybrid seperti solusi komputasi awan Google Cloud yang kini bisa Anda dapatkan melalui EIKON Technology. Untuk informasi lebih lanjut terkait pilihan paket Google Cloud untuk mendukung lingkungan kerja hybrid, klik di sini!

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments